Sabtu, 06 Agustus 2016

Aset Budaya Sumbawa Sebagai Kekayaan Lokal

Kebudayaan  
Lawas
            Masyarakat tradisional menulis karangan sastra pada daun lontar yang telah di kuningkan yang dinamakan “bumung”. Karya sastra ditulis dengan cara menggoreskan daun lontar dengan ujung pangat (pisau kecil tajam). Mereka menyimpannya dengan menggantung pada dinding atau tiang rumah.
Lawas adalah Seni Sastra yang sangat menonjol ditengah kehidupan masarakat. Bagi Tau Samawa Lawas ; bukanlah sekedar seni sastra, namun Lawas juga sebagai bentuk media hiburan yang dapat dipertunjukkan atau dipertontonkan. Lawas ini diwariskan dan diturunkan dalam bentuk lisan oleh leluhur orang Sumbawa. Berdasarkan kelompok umurnya, lawas dibagi menjadi dua yaitu lawas tau ode (anak-anak, dan lawas tau loka (Orang Tua)
Dalam membawakan lawas ini, paling sedikit ada delapan cara, yaitu Belawas ( menembangkan lawas secara sendiri-sendiri atau beramai-ramai), Sakeco (menembangkan lawas dengan memukul rebana), Begandang, Saketa, Ngumang, Langko, Badede, dan Basual.
 
                        Sumber : Koleksi Foto Pribadi

Seni Kelingking

Seni kelingking adalah istilah seni rupa daerah Sumbawa. Artinya, membuat ornament atau hiasan pada suatu benda tertentu dengan menggunakan teknik menghias. Hasinya, berupa Langit Kelingking, Kre Alang, Tabola, Peti Kayu Berhias, Gerabah, dan sebagainya.
Berbagai bentuk corak hiasan kelingking yang dikenal di Tana Samawa adalah : Lonto Engal (ragam sulur), Kemang setange (ragam bunga), pohon hayat, pusuk rebung, gelampok, slimpat (jalinan), naga, burung, manusia, dan binatang.
Ragam hias seni kelingking bagi masyarakat Sumbawa mempunyai makna tertentu. Slimpat melambangkan percintaan dan kerukunan. Piyo (burung) melambangkan roh nenek moyang. Pohon hayat sebagai lambing kehidupan. Manusia sebagai lambangan kerakyatan. Naga, lambang kesuburan dan cecak lambang penangkal kejahatan.
Sumber : www.dewankeseniansumbawa.blogspot.com

Musik
Kehidupan musik tradisional mendapat tempat di hati masyarakat Tana Samawa, terutama yang berdomisili di pedesaan. Musik orchestra Samawa yang disebut Gong Genang sangat popular di masyarakat. Gong genang terdiri dari sebuah gong, dua buah genang (gendang) dan sebuah serune. Serune berfungsi sebgai pembawa melodi. Sejumlah musik daerah yang dihayati masyarakat pendukungnya antara lain : Ratib (Rabana Ode dan Rebana Rea/Kebo) Begenang, Sakeco, Langko, Saketa, Gandang, Bagesong, dan sebagainya.


Sumber : www.kiaksamawa.blogspot.com

Beberapa peralatan musik tradisional Sumbawa adalah : Serune (alat musik tiup yang terbuat dari bulu atau jenis bambu kecil dan daun lontar), palompong (alat musik yang dipukul dengan menggunakan dua buah pemukul dan terbuat dari jenis kayu ringan di Sumbawa seperti kayu kabong), dan rebana (alat musik yang dipukul dengan tangan ataupun ada yang menggunakan pemukul dan terbuat dari kayu, kulit rotan, dan kawat.

Tarian

Tradisi tari sudah lama ada di Tana Samawa. Tari Tanak (Tanak Juran dan Tanak Eneng Ujan) adalah contoh tarian Samawa yang merupakan tari persembahan Tau Juran (Seketeng, Samapuin, Lempeh, dan Brang Bara) kepada Raja Sumbawa. Sedangkan Tau Kampung Bugis sebagai tamu khusus kerajaan mempersembahkan sempa. Sempa memiliki gerakan khas yang unik dengan gerakan kaki yang dinamis, dan cekatan.
Tarian Samawa memperlihatkan gerakan tanak, sempa, radat, ngumang, pengantan bolang kemang, nyemah, dan berbagai gerakan yang terdapat pada permainan rakyat, serta gerakan petani tradisional di sawah.
Sejumlah tarian kreasi baru yang dikenal luas di masyarakat Samawa adalah : Tari  Nguri, Tari Pego, Tari Pasaji, Tari Pamuji, Tari Batu Nganga, dan lain sebagainya.
Sumber : www.negerikuindonesia.com

Permainan Rakyat

Sejumlah permainan rakyat tradisional masyarakat Samawa yang menjadi ciri dari masyarakatnya antara lain adalah : Karaci, yaitu permainan tradisional yang dilakukan oleh dua orang yang masing-masing memegang empar dan we serta pabulang. Keduanya saling memukul dengan we dan menangkis dengan empar (tameng)
Barempuk adalah permainan lain di Tana Samawa, yaitu tinju bebas yang tidak menggunakan sarung tinju. Biasanya dilaksanakan di lapangan terbuka atau sawah seusai panen padi. Kuntao, pencak silat juga menjadi bagian dari permainan rakyat Samawa.
Main jaran, barapan kebo dan nganyang/main mayung dan barapan ayam adalah permainan rakyat yang berkaitan dengan bidang peternakan. Sedangkan bagi anak-anak Samawa permainan masa kecilnya adalah : Rabanga, Ramake, Beriwak, Bakatato, saling hom/saling buya, Rabenteng, Main bawi, Main Longga, Ramajang, Bakalepak, Ramacan (main macan), dan lain-lain.

Festival Moyo Sebagai Ajang Promosi Destinasi Kebudayaan

Festival Moyo merupakan festival tahunan yang diadakan oleh pemerintah daerah kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB). Pada festival tersebut seluruh Tradisi asli setiap daerah yang ada di Kabupaten Sumbawa ditampilkan. Festival ini dinamakan festival Moyo karena di pulau Sumbawa terdapat sebuah pulau kecil yang memiliki keindahan dan nilai eksotisme yang tinggi, dibalut dengan panorama alam dan keindahan bawah laut yang memukau. Pulau tersebut bernama pulau Moyo.
Pulau Moyo tidak hanya dikenal Nasional saja tetapi Internasional, untuk itu potensi potensi yang ada di Sumbawa akan lebih dikenal melalui festival moyo ini.
Sumber : www.sumbawakab.go.id
Ketika pada akhir acara festival moyo ini, berbagai tradisi asli suku Samawa yaitu ‘Junyung Pasaji’ (Mengantar Persembahan ke masjid), tradisi tersebut biasanya dilakukan pada acara peringatan hari besar Islam. Tradisi tersebut tidak terlepas dari kepercayaan masyarakat Sumbawa yang mayoritas menganut agama Islam. Saat tradisi tersebut ditampilkan, ribuan warga sumbawa yang meramaikan pembukaan festival ini berjejer dan memadati jalan utama kota sumbawa.

Tokoh Kesenian dan Budaya Sumbawa
Abdul Gani Selim, biasa disapak Pak Gans. Lahir di Sumbawa Besar 17 Agustus 1945. Sebagai guru yang mendapat izin belajar dari Pemda Sumbawa (dengan biaya sendiri) hingga menamatkan studi di Jurusan Seni Rupa FPBS IKIP Bandung tahun 1983, selama sepuluh tahun bermukim di Bandung, aktif dalam berbagai kegiatan kreatif, di antaranya bekerja sebagai penata artistic, guru Seni Rupa) dan membina Grup Teater Remaja di kota Bandung dan Lembang.
Sebagai pelukis, giat melakukan pameran lukisan di berbagai kota besar di Indonesia serta mendapat sejumlah penghargaan nasional.
Pak Gans sekarang ini sudah menjadi pensiunan, beliau menghabiskan masa-masa pensiunnya dengan aktif menulis buku-buku Sumbawa khususnya buku Sejarah Daerah (SEJADAH) yang menjadi buku yang sering digunakan untuk pembelajaran budaya dalam jenjang Sekolah Dasar.
Sumber            : www.tahitiannoni-s.com

Referensi Foto dan Tulisan :
6.      www.sumbawakab.go.id
7.      www.tahitiannoni-
8.  Gani, Abdul. 2012. Seni Budaya Daerah Sumbawa. Sumbawa Besar: Griya KreatifH. Raba, Manggaukang. 2003. Fakta-Fakta Tentang Samawa. Sumbawa Besar: KASA Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar